简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Dolar AS bergerak melemah pada Jumat (17/12) pagi di sesi Asia, tetap berada di bawah tekanan karena investor mencerna kenaikan suku bunga yang mengejutkan dari Bank of England (BOE), dan European Central Bank (ECB) mengambil sikap yang lebih hawkish.
Dolar AS bergerak melemah pada Jumat (17/12) pagi di sesi Asia, tetap berada di bawah tekanan karena investor mencerna kenaikan suku bunga yang mengejutkan dari Bank of England (BOE), dan European Central Bank (ECB) mengambil sikap yang lebih hawkish.
Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis 0,03% di 95,987 pukul 10.43 WIB menurut data Investing.com.
Pasangan GBP/USD naik tipis 0,03% di 1,3323, sedangkan USD/JPY turun tipis 0,07% di 113,62.
Rupiah kembali melemah 0,33% di 14.387,5 per dolar AS hingga pukul 10.50 WIB.
Pasangan AUD/USD melemah 0,19% di 0,7170 dan NZD/USD turun 0,25% di 0,6780.
Pasangan USD/CNY naik tipis 0,04% di 6,3699 pukul 10.47 WIB.
Bank sentral utama telah mengadopsi kebijakan yang berbeda pasalnya ketidakpastian dampak dari varian omicron COVID-19 terhadap pemulihan ekonomi tetap ada. Perdebatan tentang sejauh mana bank sentral harus bertindak untuk mengendalikan inflasi yang tinggi juga terus berlanjut.
Pound naik ke level $1,33755 untuk pertama kalinya sejak 24 November selama sesi sebelumnya, setelah BOE menaikkan suku bunga menjadi 0,25% dalam langkah mengejutkan saat mengumumkan keputusan kebijakannya pada Kamis kemarin. Sekarang menjadi bank sentral utama pertama yang menaikkan suku bunga sejak awal pandemi COVID-19.
Sementara itu, euro turun tipis 0,03% di 1,1324 pukul 10.51 WIB setelah mencapai level tertinggi pada bulan Desember, atau $1,13605. ECB, dalam keputusan kebijakannya sendiri yang diterbitkan pada hari yang sama dengan BOE, mengumumkan rencana pengurangan aset selama kuartal mendatang. Namun, bank sentral ini juga menekankan fleksibilitas kebijakan.
“Tapering ECB yang hati-hati dan kenaikan BOE yang mengejutkan kemungkinan membuat indeks dolar turun dalam jangka pendek, terutama mengingat posisi dolar long yang cenderung ke satu hingga akhir tahun,” sebut analis Westpac dalam catatan.
“Tetapi pelemahan kemungkinan tidak melampaui level terendah 95-an” untuk indeks dolar, pasalnya Federal Reserve AS “berjalan di depan” dari ECB dalam hal siklus pengetatan, dan penurunan ke level pertengahan 95 adalah peluang beli, catatan itu menambahkan.
Fed berubah menjadi hawkish dalam keputusan kebijakan terbarunya, yang dirilis pada hari Rabu setempat. Bank sentral akan mempercepat program pengurangan asetnya hingga berakhir pada Maret 2022, sambil memproyeksikan kenaikan suku bunga tiga perempat poin tahun itu.
Di Asia Pasifik, Bank of Japan mempertahankan tingkat suku bunganya stabil sebesar 0,10% saat mengeluarkan keputusan kebijakan sebelumnya. Meski sesuai ekspektasi investor, inflasi masih jauh di bawah target bank sentral.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Dilakukannya aksi pengetatan moneter sejumlah bank sentral global, dengan the Fed mempercepat program tapering, BOE menaikkan suku bunga acuannya, dan ECB bertambah hawkish.
COVID-19 kembali menjadi agenda utama bagi investor di tengah kekhawatiran bahwa varian baru Omicron dapat menghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi hampir dua tahun. Strain baru tersebut juga bisa menimbulkan keraguan tentang seberapa cepat Federal Reserve dapat bergerak untuk melepaskan stimulus untuk mengatasi lonjakan inflasi.
Dolar AS naik pada awal perdagangan Selasa (26/10) pagi di Asia, menuju ke level tertinggi yang dicapai semalam selama sesi perdagangan AS. Penguatan dolar AS terjadi usai laporan di China menunjukkan bahwa pemerintah kemungkinan mengalihkan fokusnya dari regulasi yang lebih ketat di sektor-sektor yang menjadi perhatiannya dan ke arah sektor yang menopang pertumbuhan. Dengan kurva imbal hasil Treasury AS semakin curam dan obligasi dengan jatuh tempo yang lebih pendek naik, dolar AS pun beranjak naik. Indeks Dolar AS yang melacak greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,09% ke 93,898 pukul 10.11 WIB menurut data Investing.com. Pasangan USD/JPY naik 0,22% di 113,94. Yen telah menguat terhadap USD selama beberapa hari terakhir setelah mencapai angka 114 minggu lalu. Indeks Harga Produsen Jepang untuk bulan September naik sebesar 0,9% tahun ke tahun dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 1% dan kenaikan serupa di bulan Agustus. Di Korea Selatan, pasangan USD/KRW turun
Pasar dikuasai oleh sentimen risk-off oleh concern akan berlakunya tapering dan perlambatan ekonomi global akibat penyebaran virus varian Delta. Pada pertengahan minggu mendatang pasar akan mencermati laporan pertemuan FOMC the Fed dan kemudian pidato Powell pada Jumat untuk mendapatkan arahan kebijakan moneter ke depannya.