简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Prinsipal otomotif asal Korea Selatan (Korsel), Hyundai Motor Company, akan segera memulai produksi mobil listrik (electronic vehicle/EV) di Kawasan GIIC Deltamas, Cikarang, Jawa Barat pada 2022
Prinsipal otomotif asal Korea Selatan (Korsel), Hyundai Motor Company, akan segera memulai produksi mobil listrik (electronic vehicle/EV) di Kawasan GIIC Deltamas, Cikarang, Jawa Barat pada 2022. Produsen kendaraan listrik terbesar keempat di dunia ini akan menggandeng LG Group untuk memasok baterai bagi mobil listrik yang bakal diproduksi di Indonesia.
“Tahun depan ada rencana membuat mobil listrik di Indonesia. Mobil listrik yang diproduksi di Indonesia akan dipasarkan untuk lokal dan ekspor,” kata Chief Operating Officer (COO) Hyundai Motor Asia Pacific, Lee Kang-Hyun dalam virtual company visit ke Beritasatu Media Holding (BSMH) di Jakarta, Jumat (19/3).
Menurut Lee, Hyundai telah menyiapkan investasi sekitar US$ 1,5 miliar untuk membangun pabrik otomotif di Indonesia dengan kapasitas 150.000 unit per tahun. Pabrik yang dibangun di Kawasan GIIC Deltamas tersebut telah mencapai progres 97%. Pada 1 Mei mendatang, pabrik itu ditargetkan mulai memproduksi prototipe mobil.
Lee menegaskan, pabrik Hyundai di Deltamas bakal menjadi basis produksi Hyundai untuk Asia Tenggara. Indonesia dipilih sebagai basis produksi karena pasar dalam negerinya besar dan memiliki sumber bahan baku baterai listrik yang memadai.
“Akhir tahun ini kami akan keluarkan mobil SUV 5 kursi penumpang hasil produksi pabrik di Deltamas. Tahun depan, kami punya rencana membuat mobil listrik di Indonesia,” ujar dia.
Lee mengungkapkan, penjualan mobil Hyundai akan dilakukan langsung melalui sales company Hyundai, PT Hyundai Motors Indonesia (HMID). Sebelumnya, Hyundai menjual mobil Hyundai di Indonesia melalui distributor. Tapi, sekarang Hyundai sudah mendirikan HMID yang akan menjual langsung ke konsumen.
“Tahun ini kami memang belum begitu siap untuk banyak line-up. Kami hanya memiliki beberapa model, seperti Palisade. Juga mobil listrik yang diimpor dari Korsel, seperti Ionik dan Kona. Terlebih segmen pasarnya high-end, sehingga market yang didapat sangat kecil,” tutur dia.
Palisade adalah mobil jenis SUV mewah berkapasitas tujuh penumpang yang diluncurkan di pasar Indonesia pada Desember 2020. Jenis ini mendapat respons positif konsumen. Palisade tampil dengan tiga varian, dengan harga (OTR) Rp 777 juta, Rp 888 juta, dan Rp 1,08 miliar.
Adapun mobil listik Ioniq yang dirilis pada November 2020 hadir dalam dua tipe, dibanderol Rp 624,8 juta- Rp 664,8 juta per unit yang membuatnya sebagai mobil listrik murni termurah di Indonesia. Loniq memiliki jarak tempuh hingga 373 km untuk sekali pengisian daya.
Sementara Kona Electric dilepas pada harga Rp 674 juta per unit. Kona mampu menempuh jarak hingga 345 km ketika baterai terisi penuh. Harga banderol tersebut termasuk free maintenance selama 5 tahun atau 75.000 km mana yang tercapai lebih dulu. Selain itu, Hyundai juga memberikan program garansi baterai 8 tahun atau 160.000 km.
Lee Kang-Hyun menjelaskan, mobil produksi pertama Hyundai dari Delta Mas akan meningkatkan pangsa pasar (market share) Hyundai di Indonesia. “Hyundai juga bisa lebih cepat bertumbuh, pasti akan menambah pabrik lagi. Untuk porsi pasar lokal dan ekspor, itu tergantung dari order-nya. Tetapi rencananya kira-kira sekitar 50-50 (fifty-fifty),” ucap dia.
Perihal perbandingan produksi mobil listrik dan mobil konvesional yang akan dibangun di Delta Mas, Lee mengaku belum bisa memprediksinya. Namun, dia membuat perbandingan dengan perkembangan mobil listrik di Korsel. Sekitar lima tahun silam, jumlah mobil listrik di Negeri Ginseng mencapai 6.000 unit. Kini, jumlahnya mencapai 500.000 unit.
Pemerintah Korsel, menurut Lee, memberikan subsidi dan mendorong pengembangnya melalui kebijakan yang benar-benar lengkap di seluruh mata rantai, termasuk di stasiun pengisian baterai kendaraan listrik (charging station).
“Walau begitu, kenaikan penjualannya nggak begitu besar. Di Indonesia, yang benar-benar baru memulai mobil listrik, kami tidak bisa prediksi dalam beberapa tahun sampai berapa unit penjualannya, kami belum bisa bicara,” papar dia.
Lee menjelaskan, Hyundai siap membangun industri mobil listrik di Indonesia. Meski demikian, perusahaan itu juga meminta dukungan pemerintah untuk menyediakan infrastruktur penunjang seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang memadai. “Kami minta kerja sama pemerintah agar pengembangan mobil listrik ini bisa berjalan tanpa banyak hambatan,” tandas dia.
Dukungan Pemda
Lee Kang-Hyun mengemukakan, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah membangun 33 charging station dan berencana menambah hingga 190 unit tahun ini. Hyundai juga akan membangun di beberapa tempat, seperti agen-agen penjualan Hyundai dan pusat perbelanjaan.
“Indonesia memang harus bertahap membangun kendaraan listrik karena pasarnya masih kecil. Tapi, semuanya harus dimulai. Pemerintah harus mengambil peran besar di awal,” tegas dia.
Lee mencontohkan, negara-negara yang telah mengembangkan kendaraan listrik banyak memberikan insentif, seperti subsidi kepada pembeli, hingga penyediaan sistem pegisian baterai (charging system) yang lengkap.
“Kalau di Indonesia, mobil listrik bisa diberi sejumah kelonggaran, misalnya tidak terkena peraturan ganjil genap atau perpajakannya diringankan. Yang jelas, pemerintah harus mulai memberi dukungan,” tutur dia.
Lee mengakui, kendati pemerintah sudah memberikan dukungan penuh, perkembangan kendaraan listrik di Indonesia tidak akan langsung melesat. “Market size kendaraan listrik sangat kecil. Misalnya kalau dijual ke konsumen langsung, paling di bawah 1.000 unit karena konsumen belum siap, infrastrukturnya juga belum siap. Subsidinya pun belum ada,” ujar dia.
Untuk merangsang penggunaan mobil listrik, menurut Lee, pemerintah bisa memberikan contoh. Misalnya seluruh kementerian/lembaga (K/L) dan pemda memakai mobil listrik untuk kendaraan operasional. Dengan demikian, masyarakat bakal lebih yakin. “Sebab, kalau tidak ada angka penjualan, pasti tidak ada yang mau berinvestasi di indonesia,” kata dia.
Lee menerangkan, Presiden Jokowi dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sudah mendorong pemerintah pusat dan pemda membeli mobil listrik sebagai contoh. Kementerian Perhubungan (Kemhub) bahkan telah memesan. Sejumah instansi pemerintah juga sudah mulai melakukan pembicaraan. “Tetapi, masih belum jelas. Saya harap pemerintah benar-benar bisa membimbing agar mobil listrik bangkit di Indonesia,” ujar dia.
Kerja Sama Grab
Mengenai kerja sama Hyundai dengan Grab, Lee mengatakan, sewaktu mobil listrik baru muncul di Indonesia, Grab menggunakan mobil listrik Ioniq untuk digunakan di bandara sebagai taksi online. Hal itu dilakukan untuk melakukan tes pasar agar mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan mobil tersebut.
Bentuk kerja sama itu, kata dia, tidak hanya untuk taksi online. Ada alternatif lain, seperti mobil rental dan showbiz. “Itu sedang dibahas. Belum ada perkembangannya. Tapi, bisa saja mobil Hyundai dipakai sebagai taksi seterusnya, itu tergantung mereka mau belanja atau nggak. Itu belum diputuskan,” ucap dia.
Lee mengklaim, biaya penggunaan mobil listrik Ionik sangat murah dibandingkan mobil bensin, meski harga mobilnya lebih mahal. Jika dipakai selama lima tahun, biaya charging-nya murah sekali.
“Jadi, ada keunggulannya. Gubernur Jawa Barat, Pak Ridwan Kamil, setelah membeli mobil Ionik dan dipakai sendiri, beliau mengatakan bahwa mobil ini benar-benar hemat dan tidak ada suaranya waktu menyetir. Tidak ada noise-nya,” papar dia.
Ihwal keterlibatan Hyundai dalam holding baterai kendaraan listrik, PT Industri Baterai Indonesia (IBI), Lee Kang-Hyun menjelaskan, saat ini pimpinan Hyundai sedang melakukan pembicaraan dengan LG Chemical untuk mengembangkan ekosistem industri baterai secara keseluruhan.
Menurut Lee, walau pemerintah sudah mengumumkan kerja sama tersebut dan bakal meluncurkan IBI paling lambat pada Juni mendatang, sejauh ini belum ada pengumuman resmi dari kedua pihak. “Kami belum belum bisa bicara soal ini. Dalam pembahasan mungkin sebelum Juni, sebelum launching IBI akan ada kabar gembira,” tandas dia.
Sumber: BeritaSatu.com
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Polisi telah memecahkan penipuan forex besar-besaran baru-baru ini, yang melibatkan sekitar USD 500.000. Geng scam tersebut dituduh melakukan penipuan melalui platform forex ilegal dan melanggar lebih dari 100 trader.
Baru-baru ini, polisi telah mengumumkan kasus penipuan besar yang melibatkan puluhan juta dolar dengan total 164 tersangka kriminal yang ditangkap.
Arab Saudi berencana investasi US$3,2 triliun atau sekitar Rp46.336 triliun (asumsi kurs Rp14.480 per dolar AS) hingga 2030 untuk mendorong kinerja sektor swasta di dalam negeri. Hal itu disampaikan oleh pemimpin de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada Selasa (30/3).
Kabar dari sejumlah sektor ekonomi yang menjadi sorotan harian Bisnis Indonesia edisi hari ini, Selasa (30/3/2021), pasar obligasi Indonesia diperkirakan segera pulih.