简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Hak atas fotoNurPhoto/Getty ImagesImage captionSepasang mempelai melangsungkan pernikahan mereka di
Hak atas fotoNurPhoto/Getty ImagesImage caption
Sepasang mempelai melangsungkan pernikahan mereka di Jakarta, pada 5 April lalu, di tengah pandemi corona.
Dari pengemudi bus hingga perdana menteri, Covid-19 menginfeksi orang dari berbagai lapisan masyarakat sehingga muncul anggapan bahwa penyakit ini tidak pilih kasih. Namun virus ini memiliki efek yang sangat berbeda pada kelompok orang yang berbeda.
Salah satu perbedaan yang paling menonjol berkaitan dengan gender. Dan Covid-19 mempengaruhi perempuan dan pria secara berbeda, bukan hanya dari cara virus membuat sakit tapi juga mempengaruhi prospek kesehatan dan ekonomi jangka panjang.
Perbedaan penyakit
Salah satu perbedaan paling mencolok sejauh ini adalah tingkat kematian perempuan dan pria.
Di AS, misalnya, pria dua kali lebih banyak meninggal karena virus corona daripada perempuan. Demikian pula di Eropa Barat, 69% dari semua kematian akibat virus corona adalah laki-laki. Pola serupa telah terlihat di China dan di tempat lain.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Anna Purdie di University College London memetakan perbedaan gender di berbagai negara, dan mencari tahu apa alasannya.
Apakah cuaca panas dapat memusnahkan Covid-19?
Risiko virus corona bagi para pria berusia di atas 50 tahun
Virus corona: Perempuan Singapura yang terinfeksi, sempat diisolasi dan kini pulih
Untuk saat ini, alasannya masih belum jelas.
Satu teorinya adalah bahwa respons imun perempuan terhadap virus lebih kuat, kata Philip Goulder, profesor imunologi di Universitas Oxford.
“Respons imun sepanjang hidup perempuan terhadap vaksin dan infeksi biasanya lebih agresif dan lebih efektif dibandingkan laki-laki,” kata dia.
Salah satu alasannya adalah fakta bahwa perempuan memiliki dua kromosom X, sedangkan pria hanya memiliki satu. Ini perbedaan penting ketika terinfeksi virus corona.
“Protein yang mengenali virus-virus seperti corona, dikodekan pada kromosom X,” kata Goulder. “Akibatnya, dosis protein ini dua kali lipat pada banyak sel kekebalan perempuan dibandingkan dengan pria, sehingga respon imun perempuan terhadap virus corona pun lebih kuat.”
Kemungkinan lain adalah perbedaan dalam pilihan gaya hidup berbasis gender. “Ada perbedaan perilaku penting antara kedua jenis kelamin. Misalnya dalam merokok, yang mempengaruhi tingkat penyakit yang sudah ada sebelumnya, seperti penyakit jantung, penyakit paru-paru kronis, dan kanker,” kata Goulder. Menurutnya, ini berpengaruh besar infeksi seperti virus corona.
“Perbedaan jenis kelamin dalam merokok sangat kentara di beberapa negara, seperti China, di mana 50% pria merokok, dibandingkan dengan 5% pada perempuan.”
Tetapi pada tahap pandemi ini, tidak ada bukti yang cukup untuk mengatakan apakah ini hasil dari perbedaan biologis, perilaku, atau keduanya.
Hak atas fotoBarcroft/Getty ImagesImage caption
Di banyak negara, kaum pria lebih banyak merokok ketimbang perempuan. Hal ini kemudian mempengaruhi kesehatan paru-paru mereka.
Krisis keuangan
Namun, ada bukti tentang bagaimana virus ini mempengaruhi perempuan dan laki-laki secara berbeda, dari sisi lain.
Michèle Tertilt, ekonom di Universitas Mannheim di Jerman, bersama rekan-rekannya mengumpulkan bukti bagaimana pandemi ini memengaruhi pekerja perempuan dan laki-laki di AS.
Pembatasan gerak mengakibatkan hilangnya pekerjaan secara luas dan banyak negara akan segera menghadapi resesi.
Tetapi pengangguran tidak turun secara merata, yang sebagian disebabkan oleh keadaan unik dari penurunan ekonomi khusus ini. “Ini sangat tidak biasa dan berbeda dari resesi biasa,” kata Tertilt.
Di AS, 1,4 juta orang menjadi pengangguran pada bulan Maret, lonjakan terbesar sejak 1975. Perempuan lebih terdampak dibandingkan pria, dengan kenaikan 0,9% dalam pengangguran dibandingkan dengan kenaikan 0,7% untuk pria.
Virus corona: Bagaimana Covid-19 pengaruhi kehidupan sosial perempuan di Asia
Virus corona: Apakah minuman panas akan melindungi Anda dari Covid-19?
'Luar biasa', pria berusia 101 tahun sembuh dari infeksi virus corona
Krisis saat ini tidak biasa, karena biasanya dalam resesi, laki-laki lebih terdampak daripada perempuan dalam hal menjadi pengangguran.
Ini karena lebih banyak pria bekerja di industri yang terkait erat dengan siklus ekonomi, seperti konstruksi dan manufaktur. Sebaliknya, perempuan lebih mendominasi dalam industri yang tidak terikat pada siklus seperti itu, seperti layanan kesehatan dan pendidikan.
Tetapi kali ini, faktor lain berdampak besar pada pekerjaan.
Salah satunya adalah apakah seseorang adalah pekerja “kunci”. Tim Tertilt mengklasifikasikan pekerja dalam perawatan kesehatan, transportasi, layanan perlindungan (seperti polisi), pertanian, perikanan dan kehutanan, serta pemeliharaan dan perbaikan sebagai “pekerja kunci”.
Dengan klasifikasi ini, 17% perempuan bekerja di pekerjaan kunci, dibandingkan dengan 24% dari semua pria.
Faktor besar kedua adalah apakah orang dapat melakukan pekerjaan mereka dari jarak jauh dengan internet. Tertilt dan kolega-koleganya menyortir pekerjaan menjadi bisa dilakukan dari rumah atau tidak: seorang analis bisnis mungkin bisa bekerja dari jarak jauh, tetapi seorang bartender jelas tidak bisa.
Tertilt menemukan bahwa lebih banyak laki-laki memiliki pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah, 28% untuk pria dan 22% untuk perempuan.
“Saya agak terkejut,” kata dia. “Saya pikir ada lebih banyak perempuan bekerja di pekerjaan yang bisa dikerjakan dari jauh, misalnya, PNS, pekerjaan kantor dan sebagainya.”
“Tapi dipikir-pikir, itu masuk akal. Banyak perempuan bekerja di restoran, di industri perjalanan. Dan di seluruh dunia, restoran dan bar tutup, dan perjalanan sangat terbatas. ”
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption
Berbagai jenis pekerjaan yang ditutup karena tidak bisa dilakukan di rumah lebih banyak mempengaruhi kaum perempuan.
Penelitian Institute for Fiscal Studies UK melukiskan gambaran serupa. Mereka menemukan bahwa perempuan Inggris sepertiga kali lebih besar kemungkinannya untuk bekerja di sektor yang sangat terpengaruh atau sepenuhnya ditutup karena pandemi, seperti industri ritel dan perhotelan.
“Dari sudut pandang ekonomi, perempuan muda, bergaji rendah, adalah yang paling terdampak,” kata Natasha Mudhar, pendiri The World We Want, perusahaan yang bertujuan menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB.
Kesenjangan upah antar jenis kelamin menambah ketimpangan ini. Perempuan tak hanya kehilangan lebih banyak pekerjaan, tetapi mereka juga menghasilkan lebih sedikit uang.
“Untuk setiap pound yang bisa dihabiskan seorang pria untuk kebutuhan selama krisis ini, seorang perempuan hanya bisa menghabiskan 82 sen,” kata Mudhar.
Di AS, kesenjangan upah gender juga terjadi, di mana perempuan menghasilkan 85% dari gaji pria. Di Australia 86%, sedangkan di India 75%.
Kondisi ini lebih buruk untuk perempuan dari beberapa ras dan etnis. Di AS, misalnya, perempuan kulit hitam berpenghasilan 21% lebih rendah dari perempuan kulit putih.
Orang tua tunggal terdampak lebih parah lagi. Penelitian Tertilt memperkirakan bahwa ada 20 juta orang tua tunggal di AS, tiga perempat di antara mereka adalah perempuan.
“Pikirkan itu. Mereka tidak akan bisa bekerja,” kata Tertilt. “Bahkan jika mereka perawat atau dokter, bahkan jika mereka memiliki pekerjaan dalam infrastruktur kunci- mereka mungkin punya anak di rumah yang tidak dapat ditinggalkan sendirian.”
Bahkan untuk orang tua tunggal dalam pekerjaan yang secara teoretis dapat dikerjakan dari rumah, mungkin tidak realistis untuk bekerja dengan anak-anak kecil yang butuh perhatian terus-menerus.
“Khusus untuk ibu tunggal, tidak ada margin lain,” kata Tertilt. “Mereka tidak bisa menyewa pengasuh atau minta tolong tetangga dan nenek. Mereka, pada umumnya, kehilangan pekerjaan mereka. ”
'Jumlah kematian membuat saya tercekat': Tingginya kasus Covid-19 di antara warga kulit hitam Amerika Serikat
Apa yang terjadi pada tubuh jika terinfeksi virus corona?
Virus corona: Jika terkena, seberapa besar tingkat kematian dan peluang kita untuk bertahan hidup?
Masalah lain adalah bahwa di negara-negara yang memiliki skema cuti yang didukung pemerintah (termasuk Inggris, Jerman dan AS), orang tua ini mungkin tidak memenuhi syarat jika mereka berhenti dari pekerjaan mereka sebelum mereka dapat cuti.
Terlebih lagi, mereka mungkin tidak memenuhi syarat untuk tunjangan pengangguran jika mereka melepaskan pekerjaannya.
“Bahkan jika pekerja mundur karena pengasuhan anak, mereka harus memenuhi syarat untuk dapat bantuan,” kata Tertilt. “Persyaratan bahwa orang harus 'mencari pekerjaan' harus dihapus sementara, sampai sekolah dan tempat penitipan anak dibuka kembali. Tidak masuk akal dalam situasi saat ini. ”
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption
Kaum perempuan di seluruh dunia mengalami kesenjangan upah sehingga mereka lebih rentan secara keuangan saat krisis melanda.
Membuka ketidaksetaraan
Hal ini menjadikan Covid-19 sebagai hal terbaru dalam garis epidemi yang membawa kesenjangan ekonomi, termasuk yang terkait dengan gender.
“Semua epidemi memiliki efek gender,” kata Clare Wenham, seorang profesor kebijakan kesehatan global di London School of Economics dan Political Science. “Masalah ini tidak dibicarakan orang, dan para pembuat kebijakan tidak sadar.”
Wenham dan rekan-rekannya meneliti dampak wabah Zika dan Ebola pada perempuan dan laki-laki, dan sekarang Covid-19.
Salah satu dampak epidemi Ebola di Sierra Leone adalah peningkatan dramatis kematian ibu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menekankan bahwa layanan kesehatan bersalin tetap penting selama pandemi, dan bahwa semua perempuan “memiliki hak atas perawatan berkualitas tinggi sebelum, selama dan setelah melahirkan”. Tapi itu tidak selalu dipraktikkan.
“Kami tahu dari pengalaman wabah sebelumnya, semuanya [dalam hal sumber daya] dipakai untuk wabah,” kata Wenham. “Itu berarti penyediaan layanan rutin terganggu. Dan hal pertama yang terdampak adalah layanan kesehatan ibu. ”
Layanan kesehatan perempuan lain, seperti akses ke kontrasepsi, juga tidak pasti kecuali pemerintah menyatakan bahwa itu adalah layanan esensial. Organisasi keluarga berencana Marie Stopes memperkirakan bahwa pada 2020, 9,5 juta perempuan di seluruh dunia berisiko kehilangan akses pada layanan kontrasepsi dan aborsi, karena pandemi.
Laporan-laporan tentang kekerasan dalam rumah tangga, juga telah melonjak akibat pandemi. Di Prancis, kasus naik sepertiga pada minggu pertama lockdown, sementara laporan naik 75% di Australia dan meningkat dua kali lipat di Lebanon.
Kekerasan dalam rumah tangga dapat memengaruhi laki-laki atau perempuan, tapi jauh lebih tinggi untuk perempuan. Misalnya di AS, perempuan dua kali lipat lebih mungkin mengalami kekerasan dari pasangan intim, dan 14 kali lebih mungkin diperkosa.
“Kami tahu kekerasan dalam rumah tangga biasanya terjadi di rumah,” kata Wenham. “Lalu orang-orang diminta tinggal di dalam rumah dalam periode yang penuh tekanan, orang-orang tidak punya uang dan tidak bisa bekerja. Anda tidak harus menjadi ilmuwan untuk melihat mengapa hasilnya adalah lebih banyak kekerasan dalam rumah tangga. ”
Hak atas fotoNurPhoto/Getty ImagesImage caption
Kaum pria menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar akibat wabah virus corona. Namun, imbasnya terhadap perempuan dapat bertahan beberapa tahun setelah wabah usai.
Kondisi saat ini memang suram, untuk kedua jenis kelamin dengan cara yang berbeda.
Bagi pria, khususnya mereka yang berada dalam kelompok usia yang lebih tua, risiko langsung kematian akibat penyakit ini adalah masalah terbesar.
Bagi perempuan, yang lebih mungkin untuk pulih dari virus, dampak lain Covid-19 dapat berlangsung selama bertahun-tahun yang akan datang.
Dan belum terlambat bagi pemerintah untuk membantu mereka yang paling terpukul secara ekonomi, kata Wenham. Ada banyak yang bisa dilakukan sekarang untuk memastikan mereka yang terpukul paling parah secara ekonomi dapat pulih.
“Kita harus memastikan ada stimulus ekonomi untuk perempuan selama dan pasca wabah untuk membuat mereka kembali bekerja,” katanya. “Apakah ada ketentuan pengasuhan anak ketika perempuan berusaha bekerja?”
Dan, melalui kegelapan, penelitian Tertilt menemukan dua hal positif untuk kesetaraan gender.
Yang pertama adalah fleksibilitas tempat kerja. “Jutaan bisnis sedang menyesuaikan diri dengan skema kerja-dari-rumah saat ini,” kata Tertilt.
Di beberapa bagian AS, March melihat lebih dari 200% peningkatan telekonferensi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
“Ada indikasi bahwa ini akan mengubah norma sampai batas tertentu, yang akan membuat lebih mudah untuk menggabungkan karier dan keluarga,” katanya.
“Perempuan akan mendapat manfaat lebih dari perubahan budaya bisnis dan fleksibilitas tempat kerja ini karena secara historis mereka adalah penyedia utama pengasuhan anak.”
Hasil kedua mempengaruhi sebagian kecil yang penting dari tenaga kerja. Penelitian Tertilt mengamati pasangan heteroseksual, 8-12% di antaranya terpaksa melakukan peran gender terbalik ketika lockdown.
“Pikirkan pasangan di mana ibu adalah dokter medis di garis depan, dan suaminya memiliki pekerjaan kantor yang bisa dikerjakan dari rumah,” katanya.
“Dalam pasangan seperti itu, sangat mungkin bahwa ayah akan menjadi pengasuh anak yang utama. Ibu ada di rumah sakit dan ayah bekerja di rumah sambil mengawasi anak-anak.”
Mengingat bahwa di AS 60% pengasuhan anak dilakukan oleh perempan, menurut Tertilt, ini dapat menyebabkan perubahan yang cukup besar.
Perubahan dalam pengasuhan ini dapat menyebabkan efek jangka panjang. Kebijakan di negara-negara seperti Jerman dan Swedia menemukan bahwa memberikan cuti kelahiran pada ayah meningkatkan tingkat keterlibatan ayah dalam perawatan anak-anak mereka selama bertahun-tahun sesudahnya.
“Berdasarkan itu, saya akan menyimpulkan bahwa bahkan di sini, jika lockdown hanya berlangsung satu atau dua bulan, saya pikir akan ada efek jangka panjang,” kata Tertilt. “Jika itu berlangsung lebih lama, efeknya mungkin lebih besar.”
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption
Orang tua tunggal adalah kelompok yang sangat terdampak oleh lockdown.
Krisis kesehatan seperti virus corona ini makin memperburuk ketidaksetaraan dari semua bidang, dan gender hanyalah salah satunya.
“Semua ini bersinggungan dengan ketimpangan lainnya,” kata Wenham.
Di AS, misalnya, kota-kota dengan komunitas Afrika-Amerika yang besar mengalami dampak terburuk epidemi ini.
Kondisi ini menggarisbawahi masalah yang ada sebelum corona. Ketidaksetaraan struktural terkait ras sangat terkait dengan kesenjangan kesehatan yang mendalam.
Misalnya, warga kulit hitam Chicago punya harapan hidup sembilan tahun lebih rendah dari tetangga kulit putih mereka, menurut komisioner kesehatan umum Chicago Allison Arwady.
Dan bukti selama ini menunjukkan bahwa mereka yang sudah punya masalah kesehatan, lebih mungkin meninggal akibat Covid-19. Dan di AS, penyakit bawaan seperti diabetes dan penyakit jantung, secara tidak proporsional lebih banyak mempengaruhi warga Afrika-Amerika.
“Kita tahu bahwa jenis kelamin, ras dan agama semuanya bersinggungan di bidang kesehatan lainnya,” kata Wenham.
Meskipun virus tidak membeda-bedakan, tidak berarti bahwa semua bagian masyarakat sama-sama berisiko.
Yang terjadi justru virus ini membuat kesenjangan kesehatan menjadi lebih tajam daripada sebelumnya.
Artikel ini sebelumnya telah dimuat di BBC Futuredengan judul Why Covid-19 is different for men and women.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.