简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Investasi pada aset kripto atau cryptocurrency bitcoin semakin dilirik masyarakat
Investasi pada aset kripto atau cryptocurrency bitcoin semakin dilirik masyarakat. Nilainya yang fantastis menjadikan orang-orang tergiur. Pada awal Januari 2021 saja, harga bitcoin sempat tembus rekor, yakni mencapai US$ 41.973 atau setara Rp 587 juta, dan turut mengerek nilai mata uang kripto lainnya.
Meski harga per kepingnya fantastis, namun ternyata bitcoin atau disingkat BTC bisa dibeli dalam pecahan receh, atau disebut satoshi. Nilai 1 satoshi itu ialah pecahan desimal dengan 8 angka di belakang koma terhadap 1 keping bitcoin. Artinya, 1 satoshi sama dengan 0,00000001 BTC. Jika dirupiahkan, maka 1 satoshi sekitar Rp 4,534.
CEO Indodax Oscar Darmawan sekaligus praktisi bitcoin mengatakan, bagi pemula yang ingin terjun ke dunia bitcoin bahkan bisa dimulai dengan modal Rp 10.000.
Namun, sebelum mencoba terjun ke dunia bitcoin atau mata uang kripto lainnya, pemula harus memahami aset itu sendiri.
“Pertama sekali adalah pemahaman tentang aset kripto. Baik dari sisi teknologi, aktivitas market dan lain-lain. Ini terus berkembang mengingat teknologi blockchain dan aset kripto yang terus berkembang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, untuk mulai terjun ke dunia mata uang kripto, maka seseorang harus memahami risiko tinggi yang akan dihadapi. Di beberapa waktu, mata uang kripto memang berpotensi memberikan keuntungan tinggi. Namun, ada juga saat-saat di mana keuntungan itu berbalik tajam.
“Cryptocurrency ini pergerakannya lebih fluktuatif, risikonya lebih besar, tapi kalau trennya bagus ya dapatnya lebih besar, jadi high risk high return,” tutur Sutopo.
Sama seperti investasi di instrumen lain, ia mengingatkan agar masyarakat menggunakan uang menganggur atau uang dingin untuk terjun ke dunia mata uang kripto. Kemudian, pilihlah perusahaan yang berperan sebagai pedagang aset kripto yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Dana yang dipakai jangan dana panas, tapi dana dingin, dana yang memang bukan kebutuhan sehari-hari karena pergerakan di kripto ini cukup tinggi, naik-turunnya sangat fluktuatif dibandingkan trading di aset lainnya. Kemudian karena di Indonesia sendiri sudah legal untuk perusahaan exchange untuk cryptocurrency ini, jadi bagi pemula mereka bisa periksa, ada 13 perusahaan yang legal sekarang di Indonesia, di bawah Bappebti. Itu bisa jadi acuan mereka juga,” imbuh Sutopo.
Sebelum membandingkan tingkat keamanan bitcoin cs dengan trading valas, perlunya memahami perbedaan keduanya terlebih dahulu.
“Bitcoin adalah mata uang digital. Bitcoin mengadopsi teknologi blockchain yang bersifat tidak terpusat. Berbeda dengan forex dan lain-lain yang masih bergantung dengan kebijakan pemerintah,” kata Oscar.
Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan, bank sentral di berbagai negara masih punya kontrol terhadap mata uangnya, sehingga dapat melakukan intervensi yang mempengaruhi forex trading. Hal itu tentunya tak ada di bitcoin atau mata uang kripto lainnya.
“Kalau dolar Amerika Serikat (AS) kan ada The Fed yang mengontrol mata uangnya. Mata uang Singapura, rupiah, poundsterling, itu ada regulasi yang mengawasi mata uang mereka. Tidak boleh terlalu kuat, atau melemah terlalu jauh. Jadi selalu ada intervensi dari bank sentral masing-masing,” ujar Sutopo.
Sedangkan, naik-turun nilai bitcoin murni disebabkan oleh supply dan demand.
Dihubungi secara terpisah, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menerangkan contoh intervensi yang bisa dilakukan bank sentral demi menjaga tingkat fluktuasi nilai mata uangnya.
“Kalau misalnya dalam kondisi sekarang rupiah ke Rp 16.000/US$ atau Rp 20.000/US$ dengan hitungan dolar masih printing money, balancing-nya pasti akan kelihatan. Nggak mungkin rupiah bertahan lama di Rp 16.000/US$. Jatuhnya paling di Rp 14.000-15.000/US$, bisa ketebak. Atau kalau jatuh ke Rp 12.000 atau Rp 10.0000/US$, nggak bisa lama-lama. Indonesia juga nggak mau mata uangnya terlalu kuat, bank sentral juga nggak rela, pemerintah juga susah ekspornya. Perhitungannya banyak. Bukan sekadar supply and demand,” tutur dia.
Lalu, lebih aman trading valas atau bitcoin khususnya bagi pemula?
Menurut Wahyu, trading valas lebih aman ketimbang bitcoin atau mata uang kripto lainnya. Kembali lagi, alasannya karena ada kendali dari bank sentral masing-masing negara.
“Uang sebenarnya lebih aman daripada emas atau BTC. Dalam teknik trading-nya, emas bisa terbang gila-gilaan juga loh, atau bisa anjlok gila-gilaan juga, tapi tidak separah BTC. Tapi untuk rupiah atau dolar, dia anjlok atau terbang itu ada pegang kendali di situ. Jadi ada saatnya dia anjlok. tetapi dia bisa tenang,” imbuh dia.
Namun, menurutnya BTC bisa dijadikan sebagai aset untuk ditahan atau maksudnya bukan jangka pendek, dan juga sebagai langkah diferensiasi aset.
Sumber : Detik Finance
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Harga Dogecoin kembali meroket dan memecahkan rekor hari ini
Ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianty menilai perlu campur tangan bank sentral untuk memitigasi risiko dari kenaikan uang kripto seperti bitcoin.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengemukakan aset kripto memang sebuah alat investasi yang relatif baru dan diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Dogecoin dibanderol US$50 miliar atau Rp725 triliun, mengungguli harga mata uang kripto paling populer, yaitu bitcoin.