简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada bulan Juli 2021. Bank Indonesia (BI) mencatat, M2 pada bulan laporan sebesar Rp 7.149,2 triliun atau naik dari Rp 7.119,6 triliun pada bulan Juni 2021.
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada bulan Juli 2021. Bank Indonesia (BI) mencatat, M2 pada bulan laporan sebesar Rp 7.149,2 triliun atau naik dari Rp 7.119,6 triliun pada bulan Juni 2021. Akan tetapi, Direktur Esekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, mengatakan, pertumbuhan M2 pada bulan Juli 2021 nampak melambat dari bulan sebelumnya.
“Posisi M2 pada Juli 2021 tumbuh 8,9% year on year (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 11,4% yoy,” ujar Erwin dalam laporannya, Senin (25/8). Ia memerinci, perlambatan pertumbuhan terjadi didorong oleh komponen uang kuasi dan uang beredar dalam arti sempit (M1). Uang kuasi pada Juli 2021 tercatat Rp 5.198,7 triliun
Dengan pangsa 72,7% terhadap M2, komponen ini tumbuh melambat dari 9,6% yoy pada bulan sebelumnya menjadi 6,8% yoy pada bulan Juli 2021.
Perlambatan terjadi pada seluruh instrumen uang kuasi, baik tabungan, simpanan berjangka, maupun giro valas. Sementara itu, komponen M1 pada Juli 2021 tercatat tumbuh sebesar 14,9% yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 17,0% yoy, terutama dipengaruhi oleh perlambatan giro rupiah.
Giro rupiah masyarakat pada Juli 2021 tumbuh 15,7% yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 19,3% yoy. Meski demikian, dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank tumbuh 21,0% yoy, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,8% yoy.
Di sisi lain, kartal di luar sistem moneter (currency outside banks) pada Juli 2021 tercatat sebesar Rp 758,8 triliun atau tumbuh 13,6% yoy, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang besar 13,4% yoy. Lebih lanjut, surat berharga selain saham masih menunjukkan pertumbuhan negatif sebesar 9,1% yoy. Meski negatif, ini tak sedalam pada bulan sebelumnya yang sebesar minus 21,5% yoy. “Ini seiring peningkatan kepemilikan lembaga keuangan non bank atas surat berharga yang diterbitkan bank dan bank sentral, baik dalam rupiah dan valas,” tandas Erwin.
Sumb34 Kontan.co.id
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Indonesia berpotensi cetak surplus neraca perdagangan terbesar tahun ini. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan hal ini bisa dicapai Indonesia jika tren surplus terjaga hingga triwulan IV-2021. “Jika surplus perdagangan terus konsisten pada triwulan IV 2021, maka tahun ini Indonesia akan mendapatkan surplus terbesar pertama kali dalam sejarah. Sepanjang Januari hingga Oktober 2021 surplus perdagangan sudah mencapai USD30,81 miliar,” kata Mendag, Rabu (17/11/2021). Diketahui, neraca perdaganga
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berupaya mendorong pasar rakyat untuk tetap beroperasi, khususnya di masa pandemi Covid-19. Salah satunya, melalui program Digitalisasi Pasar Rakyat yang diinisiasi Kementerian Perdagangan.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) secara resmi meluncurkan inisiatif baru modul e-voting dengan fitur live streaming atau kehadiran secara daring.
Kepala Ekonom Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mendekati angka 5% pada 2022 mendatang meskipun sempat mengalami tekanan akibat Covid-19 pada 2020 dan 2021.